Lalu pihak sekolah juga kerjakan sweeping di semuanya kelas dengan penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain.
Sesaat tas sebagian siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas itu tidak di isi apapun namun sebagian buku, pulpen, dan peralatan sekolah yang lain.. Semua kelas sudah dirazia, hanya tersisa satu kelas saja. Dimana kelas itu ada seorang siswi yang menceritakan cerita ini.
Seperti umum, dengan penuh perca diri tim pemeriksa masuk dalam kelas. Mereka lantas memohon izin untuk mengecheck tas sekolah sebagian siswi di sana. Kontrol juga diawali..
Di satu di antara sudut kelas ada seorang siswi yang dikenal demikian tertutup dan pemalu. Ia juga dikenal sebagai seorang siswi yang ber4khlak sopan dan santun. Ia tidak gemari berb4ur dengan siswi-siswi yang lain, ia sukai menyendiri, walaupun sesungguhnya ia begitu pandai dan menonj0l dalam belajar..
Ia lihat tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sesaat tangannya ada di dalam tas miliki dia. Semakin dekat gilirannya untuk di cek, semakin tampak r4ut takut pada wajahnya.
Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi itu dalam tasnya?!
Selang beberapa saat tibalah gilirannya untuk di cek..
Dia memegangi tasnya dengan ku4t, seolah mengemukakan untuk Allah kalian tak dapat membukanya!
Sekarang ini giliran di cek, dan dari sinilah diawali kisahnya…
“Buka tasmu wahai putriku.. ”
Siswi itu memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, ia juga sekarang ini telah menempatkan tasnya dalam pelukan..
“Berikan tasmu.. ”
Ia lihat dan menjer! t, “Tidak…tidak…tidak.. ”
Perbincangan juga berlangsung demikian taj4m..
“Berikan tasmu.. ” …
“Tidak.. ”
“Berikan.. ”
“Tidak.. ”
Apakah sebenarnya yang bikin siswi itu menampik untuk dikerjakan
kontrol pada tasnya?!
Apa sesungguhnya yang ada pada tas kepunyaannya dan takut diperg0ki oleh tim pemeriksa?!
Keributan juga berlangsung dan tangan mereka sama-sama berebut. Sesaat tas itu masih tetap di pegang erat dan beberapa guru belum sukses meramp4s tas dari tangan siswi itu lantaran ia mem3luknya dengan penuh kegil44n!
Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain terperanjat. Mereka mel0t0t. Beberapa guru yang mengenalnya sebagai seorang siswi yang pandai dan disiplin terperanjat lihat momen itu..
Tempat itu juga beralih jadi hening..
Ya Allah, apa sebenarnya yang berlangsung dan apa kiranya yang ada di dalam tas siswi itu. Apakah mungkin saja saja siswi tersebut…??
Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi itu ke kantor sekolah, dengan prasyarat jangan pernah perhatian mereka berpaling dari siswi itu supaya ia tak dapat melemparkan satu hal dari dalam tasnya sampai dapat terlepas demikian saja..
Mereka juga membawa siswi itu dengan penjagaan yang ket4t dari tim dan beberapa guru serta beberapa siswi yang lain. Siswi itu sekarang ini masuk ke ruangan kantor sekolah, sesaat air matanya mengalir seperti hujan.
Siswi itu memperhatikan beberapa orang di sekitarnya dengan penuh kebenci4n, karena mereka bakal memperm4lukannya di depan umum.
Lantaran peril4kunya sepanjang satu tahun ini baik dan tak pernah lakukan kekeliruan dan pelangg4ran, jadi kepala sekolah menentramkan hadirin dan memerintahkan sebagian siswi yang lain agar membub4rkan diri.
Serta dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar beberapa guru meninggalkan ruangannya sampai yang tersisa hanya sebagian tim pemeriksa saja..
Kepala sekolah berusaha menentramkan siswi malang itu. Lantas kemukakan pertanyaan padanya, “Apa yang engkau sembunyikan wahai putriku..? ”
Di sini, kurun waktu relatif cepat siswi itu simpati dengan kepala sekolah dan buka tasnya.
Di dalam tas itu tak ada benda-benda terlar4ng atau h4ram, atau telephone genggam atau beberapa foto, demi Allah, itu semuanya tak ada!
Tak ada dalam tas itu tetapi sebagian sisa roti..
Yah, itulah yang ada pada tas itu.
Setelah terasa tenang, siswi itu berkata, “Sisa-sisa roti ini yakni sebagian bekas dari beberapa siswi yang mereka buang di tanah, lantas saya kumpulkan untuk kemudian saya makan dengan sebagiannya dan membawa bekasnya pada keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di rumah tak memiliki satu hal untuk mereka sant4p di siang dan malam hari jika saya tak membawakan untuk mereka beberapa bekas roti ini.. ”
“Kami yakni keluarga fakir yg tak memiliki apa-apa. Kami tak punyai kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami.., ” papar siswi itu sambil menunduk malu.
“Inilah yang buat saya menolak untuk buka tas, agar saya tidak diperm4lukan di hadapan sebagian rekanku di kelas, yang mana mereka senantiasa mencel4ku di sekolah, sampai peluang hal semacam itu menyebabkan saya tak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Jadi saya mohon maaf sekali pada Anda semua atas perilaku saya yg tak sopan.. ”
Saat itu juga semua yang ada di ruangan itu tak kuasa menahan air mata, bahkan sebagian guru menangis sembari mem3luk siswi itu.
Jadi gorden juga ditutup karena ada momen yang menyedihkan itu, dan kita menginginkan untuk tidak menyaksikannya.
Karena itu wahai saudara dan saudariku, ini yakni satu dari tragedi yang peluang ada di kurang lebih kita, baik itu di lingkungan dan desa kita sesaat kita tidak tahu atau bahkan kita kadang-kadang berpura-pura tidak mengetahui mereka.
Harus untuk semua sekolah dan pesantren untuk mendata keadaan ekonomi beberapa santri-santrinya agar orang yang menginginkan membantu keluarga fakir miskin dapat mengenalinya dengan baik.
Kita memohon pada Allah agar tak mengejekkan orang yang mulia dan memohon pada-Nya agar Dia senantiasa melindungi golongan Muslimin di tiap-tiap tempat.