Rekanku berkata kepadaku, “, saya telah punya kebiasaan menguburkan mayat orang-orang setempat. Salah seseorang familiku menghubungiku memohon supaya menguburkan ibu mereka yang meninggal. Saya pergi ke pekuburan serta saya menanti ditempat memandikan mayat.
Disana saya lihat empat wanita berhijab bergegas meninggalkan tempat memandikan mayat itu. Saya tak bertanya sebab mereka keluar dari tempat itu lantaran memanglah bukan masalahku. Sebagian menit lalu wanita yang memandikan mayat keluar serta memohonku supaya menolongnya memandikan mayat itu. Saya katakan padanya, ‘Ini tidak bisa, lantaran tidak halal untuk seseorang lelaki lihat aurat wanita. ’ Namun ia menyampaikan argumennya kalau jenazah wanita yang satu ini begitu besar.
Lalu wanita itu kembali masuk serta memandikan mayat itu. Sesudah usai dikafankan, ia memanggil kami supaya mayat itu diusung. Lantaran jenazah ini sangat berat, kami sejumlah sebelas orang masuk kedalam untuk mengangkatnya. Setelah tiba di lubang kuburan.
Kami buka lubang masuknya serta kami turunkan dari pundak kami. Tetapi mendadak jenazahnya lepas serta terjatuh kedalam serta tak pernah kami tangkap kembali sampai saya mendengar dari gemeretak tulangnya yang patah saat jenazah itu jatuh. Saya lihat kedalam nyatanya kain kafannya sedikit terbuka hingga tampak auratnya. Saya selekasnya melompat ke jenazah serta tutup aurat itu.
Lantas dengan sulit payah saya menyeretnya ke arah kiblat serta saya buka kafan dibagian mukanya. Saya lihat panorama yang aneh. Matanya terbe-lalak serta berwarna hitam. Saya jadi takut serta selekasnya memanjat ke atas dengan tak melihat ke belakang lagi.
Setelah tiba dirumah, saya menghubungi salah seseorang anak wanita jenazah. Ia bersumpah supaya saya bercerita apa yang berlangsung waktu memasukkan jenazah kedalam kuburan. Saya berupaya untuk menghindar, tetapi ia selalu menekanku sampai pada akhirnya sangat terpaksa mesti memberitahukannya. Ia berkata, “ustadz, saat anda lihat kami bergegas keluar karena kami lihat muka ibu kami menghitam, lantaran ibu kami tak pernah meskipun melakukan shalat serta wafat dalam kondisi berdandan. ”
Cerita nyata ini menyatakan kalau Allah SWT menginginkan supaya beberapa hamba-Nya lihat sisa Su’ul khatimah hamba-Nya yang durhaka supaya jadi pelajaran untuk yang masihlah hidup. Sebenarnya yang sekian itu adalah pelajaran untuk beberapa orang yang berakal.
(SUMBER : Serial Cerita Teladan karya Muhammad bin Shalih al-Qahthani, Juz 2 seperti yang dinukilnya dari Beberapa Cerita Riil karya Abdul Hamid Jasim al-Bilaly, PENERBIT DARUL HAQ)